Thursday, March 8, 2012

cerita sedarah anak ku pemuas nafsuku

Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku telah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemususan aku mencheri pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.


Dan ultimatum pun keluar dheri suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dheri pengawasan mereka bertiga. Secara tukaran ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kusarih dapat gantian mengawasi di pagi hheri karena dia masuk siang. Siangnya gantian Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena gantian. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa ngocok, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa membatalkan diri.


Sebulan berlalu aku telah stres berat. Bahkan frekuensi ngocokku terus bertambah, sampai pernah sehheri 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hheri Senin, detik bangun pagi jam 8 rumah telah sepi. Suamiku dan Bagus telah bteriakkat, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangun dheri tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku detik bangun pagi, birahi seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku telah basah kuyup. Aku pun segera mkamurotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jheri tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesah slow detik kedua jheri itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan slow tapi pasti. Aku masih asyik berngocok, tanpa menyadheri ada sesosok tubuh yang sgilag melihat kelakuanku dheri pintu kamar yang terkuak lebar. Dan detik mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, anak sulungku, sgilag melihatku berngocok.


Tapi anehnya aku tidak terlihat marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan saring memek yang makin basah saja, aku turun dheri tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal detik turun dheri tempat tidur aku telah melepas baju dan kini telanjang bulat. Aku yang telah terbuai oleh birahi seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.


Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.


“Bercintalah dengan Mama, Tommy!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang telah tegang.


Tommy tersenyum, “Mama tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy telah sering berimajinasi bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama…”


Aku terpteriakah mendengar omongannya.


“Dan sering kalo Mama tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”


Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini.


“Dan kini dengan bahagia hati Tommy akan entot Mama sampai Mama puas!”.


Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh birahi. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas toketku dengan lembut sedangkan tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, cuma sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas saling mencium, Tommy melanjutkan targetnya ke kedua toketku. Kedua puting toketku yang waktu kecil pernah Tommy hjilat, kembali dihjilat anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan toketku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil detik putingku digigitnya slow tapi mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy. Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sedangkan aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini ialah bagian di mana aku sering klimak. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.


Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menheri-nheri di saring memek mamanya, membikinku mkamunjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, detik lidahnya menjilati itilku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemususan tubuhku menggelinjang dengan hebatnya dan rintihanku makin keras terdengar. Tommy tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memoncrotkan cairan-cairan kental detik aku berklimak tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku itu kini melepaskan bajunya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan kontolnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan kontolnya ke lubang memekku, dan aku membatalkannya, “Tunggu akung, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.” Tommy menurut, di sodorkannya kontol yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan semuanya ke dalam mulutku sedangkan anakku mengelus rambutku dengan rasa akung. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.


“Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum kontolnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Tommy lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan kontol Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Tomm!” aku mendesah detik kontol Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Tommy kadang kadang membiarkan kepala kontolnya bergesekan-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegesarin. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dheri gaya anjing sampai tradisional membikinku klimak berkali-kali. Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membikinku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa.


Dan baru detik aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kepuasan. Dan detik Tommy mendekap dengan erat, detik itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membikinku kembali klimak untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini telah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih mendekapku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru hentikan detik Bagus balik dheri sekolah. Sejak detik itu aku tak lagi stress karena telah memperoleh pelampiasan dheri anakku. Setiap detik aku selalu dapat memuaskan birahiku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.