Monday, March 5, 2012

aku cewek yang suka ber masturbasi

Aku memasuki kamarku dan langsung kukunci dheri dalam, kulepas T Shirt tanpa lengan yang kupakai dan kulemparkan begitu saja di tempat tidur. Payudaraku yang ranum berwarna sedikit merah muda di puting dan sekitarnya tampak mengnafsukan. Aku memang sejak kecil tidak suka menggunakan bra hingga kini aku jadi tidak mempunyai BH barang satupun, hingga begitu T Shirt kutanggalkan maka toketku pun langsung mencuat, ukurannya memang sgilag-sgilag saja tapi bentuknya padat dan mengnafsukan hingga dapat membikin setiap lelaki menelan liur bila memandangnya, apa lagi ditunjang postur tubuhku yang ngentoty dengan tinggi 170 centimeter, yang cukup tinggi untuk ukuran seorang cewek.



Kuperosotkan dan kulepas panas pantsku yang mini model longgar di bagian bawah, hingga tampak jelas CD model G String warna merah yang detik ini kupakai. Bentuknya sangat mini dengan seutas tali nylon yang melilit di pinggangku dan ada ikatan di kiri dan kanan pinggangku yang ramping. Bulu-bulu mulus kemaluanku tampak menyibak keluar dheri sela sela secherik kain model segi tiga kecil yang tipis ukurannya, tidak lebih dheri ukuran dua jheri cuma mampu menutupi lubang memekku. Bentuk G String yang kupakai memang sangat ngentoty dan aku sangat suka menggunakannya, ditambah seutas tali nylon yang melingkar melalui selangkanganku tepat mengikuti belahan pantatku ke atas bagian belakang dan tersambung dengan tali nylon yang melingkar di pinggangku.



Dengan sekali therik ikatan di kanan kiri pinggangku, maka tak sehelai benang pun kini menutupi tubuhku, CD kubiarkan tergeletak di lantai. Sambil telanjang bulat aku berjalan menuju lemheri mengambil sebuah celana pendek mini yang longgar di bagian bawahnya yang terbuat dheri bahan sutera tipis tembus pandang dan ada celah di bagian kiri dan kanannya dan tanpa kancing, cuma menggunakan karet elastis saja. Segera kukenakan sambil menyalakan komputer dan mengakses internet. Celana ini memang enak sekali dipakai di rumah detik tidur, dan aku biasa tidur dalam keadaan seperti ini, tanpa busana lainnya menutupi tubuhku, cuma ada celana pendek seperti yang kukenakan detik ini. Namun tak jarang juga aku tidur tanpa berbusana sama sekali dan langsung menyusup ke dalam selimut.



Seperti biasa, email yang masuk ke mail box-ku sangat banyak. Kubuka satu persatu, bagi pengirim yang gak pernah mengirim email kepadaku langsung kujawab emailnya dan kucantumkan persyaratanku bila ingin berkenalan dan mengobrol lebih lanjut denganku, sgilagkan bagi yang telah pernah kujawab emailnya tapi tidak memenuhi persyaratanku tetapi tetap ngotot berkirim email ingin berkenalan lebih lanjut dan ber email ria, langsung saja kuhapus emailnya dengan tanpa memberikan reply. Demikian pula bagi yang mengirimkan pesan dengan menggunakan nomor HP-nya melalui SMS langsung saja kuhapus tanpa perlu membukankah terlebih dahulu. Aku malas membukankah karena membuang-buang waktu dan biaya, toh aku juga tidak bisa membalas pesannya kecuali dengan juga menggunakan SMS, untuk apa aku wajib bersusah payah membuang-buang pulsa segala, pikirku.



Setelah selesai membuka dan membalas semua email yang masuk, kuputus akses dengan internet, tapi komputerku tetap kunyalakan karena rencananya nanti selesai mandi aku akan mengaksesnya lagi, karena biasanya akan banyak lagi email yang masuk.



Kulepas celana yang kupakai dan aku memasuki kamar mandi yang ada dalam kamarku. Kunyalakan air hangat mengisi bathtub kamar mandiku. Sore ini aku ingin berendam sejenak sambil menghilangkan pegal-pegal yang ada di tubuhku. Kutorehkan bath foam secukupnya dalam air hingga berbusa. Saat aku menunggu penuhnya air, tiba-tiba handphoneku berbunyi.



Kalau kudengar dheri deringnya, aku yakin ini datangnya dheri salah seorang pembacaku, karena memang bagi pembaca yang telah memenuhi persyaratanku, nomor handphonenya segera kumasukkan memory dan kukumpulkan dalam satu nada dering khusus. Kuambil hand phoneku yang tergolek di atas meja computer, dheri layarnya tampil namanya rico (nama samaran).



“Yaa..! Halloo..!”, sapaku setelah menekan tombol Yes.



“Hallo..! Hai dewi..! Apa kabar..? Lagi ngapain nich?”, sahut rico dheri sebteriak.



“Aku sgilag mau mandi nich! Emangnya kenapa dan ada apa menelepon? Entar aja deh kamu telepon aku lagi ya, aku telah telanjang bulat nich, telah siap-siap mau berendam”, belum selesai aku berkata, rico langsung memotong pembicaraanku..



“Eee.. Eeh! Tunggu dulu dong! Biar saja kamu berendam sambil tetap ngobrol denganku”, pinta rico.



“Baiklah”, jawabku menyetujui sambil meraih hands free kemususan aku masuk kembali ke kamar mandi.



Hand phone kuletakkan di meja wastafel dan kabel hands free menjulur ke arah telingaku, aku pun akhirnya berendam sambil mengobrol dengan rico menggunakan hands free.



“dewi! Aku sekarang juga berjalan ke kamar mandi, sekarang di kamar mandi aku melepaskan celana dan CD-ku, kondisiku sekarang juga telah telanjang nich!”, rico mencoba menjelaskan keadaannya detik itu padaku.



“Emangnya saya pikirin, lagian ngapain kamu ikutan telanjang di sana?”, ujarku.



“dewi! Aku ingin melakukan onani sambil ngobrol denganmu, kamu tidak keberatan kan? Please! Sekarang kontolku telah selesai kubasahi dan kuoles dengan shampoo, sekarang mulai kuusap-usap sambil mengocok-ngocoknya, kamu juga cerita dong apa yang kamu kerjakan detik ini sambil memberiku rangsangan”, pinta rico lagi dengan memelas.



Mendengar penuturan rico tadi, terus tteriak aku sempat berimajinasi sejenak dan sedikit mulai tteriaksang hingga tanpa kusadheri aku juga telah mulai meremas-remas toketku. Karena aku menggunakan hands free, maka aku tetap masih bisa mengobrol dengan kedua tanganku tetap bebas bisa beraktifitas. Kuceritakan pada rico kalau detik ini aku sgilag meremas-remas kedua toketku yang juga telah mulai makin keras, puting toketku mendongak ke atas dan mulai kujilati sendiri tukaran kiri kanan, aku merasakan ada aliran yang mengalir keluar dheri saring senggamaku, pertanda aku telah mengalami rangsangan hebat.



Sementara tangan kiriku tetap meremas-remas toketku, tangan kananku mulai turun ke bawah meraba dadaku, mengelus-elus sendiri pusarku, ke bawah lagi ke arah memekku sambil mengangkat kedua buah kakiku dan meletakkannya ke samping bathtub hingga posisiku sekarang terkangkang lebar hingga memudahkan tangan kananku mengelus bagian luar memekku yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu mulus. Jheri-jheriku turun sedikit mengusap-usap bibir memekku sambil bergesekan-gesekkan itilku. Aku mulai mendesah menikmati fantasiku, gesekannya kubuat seirama mungkin sesuai dengan keinginanku. Tiba-tiba kudengar suara teriakan rico dheri sebteriak sana..



“Ooo.. Oocch! dewia..! Aku klimak nich!”, suaranya makin lirih, rupanya di sebteriak sana rico telah berhasil mencapai puncaknya, gila! Dia sepertinya sangat menikmati penuturanku melalui telepon sambil terus melakukan aktifitasnya sendiri, mendengar suara itu aku menjadi makin tteriaksang saja jadinya, jheri tengah dan jheri manis tangan kananku mulai kumasukkan ke dalam saring memekku yang telah makin berlendir, sedangkan jheri telunjuk kupakai bergesekan-gesek itilku. Rasanya benar-benar membikin darahku mengalir ke atas kepalaku. Pertama agak sulit masuk, tapi lama-lama setelah melalui seringkali gesekan, bibir memekku pun makin merekah sehingga memudahkan jheri-jheriku masuk menembus saring memekku.



Kumainkan jheri-jheriku di dalam memek, kuputar-putar di dalam hingga menyentuh dinding-dinding bagian dalam memekku, rasanya tidak kalah dengan kontol kemaluan yang pernah masuk dan bersarang dalam saring memekku, bahkan lebih hidup rasanya karena bisa kukontrol sesuai dengan keinginanku. Kugaruk-garukkan lembut pada dinding dalam memekku, ada kalanya kusentuhkan pada tonjolan sebesar ibu jheri yang ada dan tersembul di dalam memekku, nikmat sekali rasanya.



Aku juga sepertinya akan segera mencapai puncak kepuasan. Sekarang tiga jheriku yaitu jheri telunjuk, jheri tengah dan jheri manis tangan kananku kumasukkan semuanya ke dalam saring memekku, kutherik keluar masuk, kukocok-kocokkan makin cepat, sedangkan tangan kiriku juga mulai ikut aktif menolong, jheri manis dan jheri telunjuk tangan kiri kupakai menyibakkan bibir memekku, sedangkan jheri tengahnya mengorek-ngorek itilku. Kocokan jheri-jheri tangan kananku makin cepat. Aku terus mendesah.



“Ooh.. Oocch! Aa.. Aacch!”, badanku berguncang keras sehingga air dalam bathtub banyak yang tumpah keluar membasahi lantai kamar mandiku.



Badanku menggigil hebat, sekali lagi aku mendesah panjang, dan aku pun mencapai klimak. Badanku kini lemas tersandar di punggung bathtub. Dheri sebteriak sana kudengar suara rico menanyakanku..



“Gimana dewi, enak enggak?”, Setan.., umpatku dalam hati, masa masih ditanya enak atau enggak?



“dewi..! Aku sekarang ke rumahmu ya? Kau kujemput dan kita check in terus melakukan hal yang sesungguhnya yuk”, ajak rico.



Aku menolak dengan mulus ajakan rico. Setelah berbincang sejenak aku pamit untuk mematikan telepon dengan alasan akan melakukan sesuatu. Akhirnya dengan berat hati rico pun bersedia mematikan teleponnya, gak tahu berapa banyak pulsa telah yang dia habiskan untuk melakukan ngentot by phone denganku sambil beronani.



Terus tteriak saja walau telah agak sering kontak dengan rico dan kami juga telah dua kali bertatap muka, aku sedikit pun tidak berminat berhubungan badan dengannya. Tingginya sekitar 165 centimeter, lebih pendek sedikit dheriku, badannya agak sedikit gendut, usianya 32 tahun, telah berbini dan beranak tiga. Wajahnya menurut ukuranku juga tidak ganteng, jadi biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bagiku. Aku memang juga membutuhkan sarana menyalurkan birahiku tapi tidak berarti aku bisa melakukannya dengan siapa saja.



Dalam permainan ngentot, aku benar-benar ingin menikmatinya, maka aku juga wajib memilih pasangan yang benar-benar bisa menaikkan nafsuku. Sudah berkali-kali rico mengajakku make love (ML) tapi selalu kutolak dengan seribu satu macam alasan, tapi aku tetap tidak mengutarakan alasan penolakanku, karena aku yakin dia akan langsung merasa malu dan tersinggung. Maka lewat tulisanku ini, buat seorang pembaca yang kuberi nama samaran rico, aku mohon maaf dan aku harap kamu juga membaca tulisanku ini dan dapat mengerti.