Sunday, March 4, 2012

akhirnya memek ku jadi ketagihan kontol bagian 2

Tubuhku berkelejat sarir seperti ikan kurang air detik jemheri Oom herman mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jherinya tak henti-hentinya menggocek dan berputar sarir mempermainkan kelentitku.



“Akhh.. Oomphf..” desahanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom herman.



Aku telah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan makin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan sarir tubuhku aku merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami klimak!! Aku semula tak tahu apa itu klimak, yang jelas aku merasakan kepuasan yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga setelah itu.



“Gimana akung?” bisik Oom herman di telingaku.


“Enak akung?” lanjutnya.



Aku cuma terdiam dan ada sebersit rasa malu. Sewajibnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam hati membatalkan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat untuk kutahan. Akhirnya aku cuma pasrah saja detik tangan Oom herman mulai melepaskan bajuku satu per satu. Mula-mula kaos singletku dilepasnya hingga toketku yang masih kencang terlihat terbungkus BH cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya telah 36B.



Tubuh bagian atasku telah setengah telanjang. Sementara aku yang telah lemas tetap berdiri dipeluk Oom herman dheri belakang. Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup bagian dadaku karena malu dan jengah wajib terlihat laki-laki dalam keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom herman melepaskan baju seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom herman yang cukup lebat menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-dheripada yang lain.



Masih dengan setengah telanjang Oom herman mendekapku dheri belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku cuma memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom herman kembali menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan target serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya yang tipis terasa geli detik menyapu-nyapu punggungku yang terkuak. Aku menggelinjang hebat. Apalagi detik lidah Oom herman mulai meraba di tulang belakangku.



Perlahan dheri leher bibirnya meraba ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan kekangan yang mengekang toketku mkamunggar. Ternyata Oom herman telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi toketku yang terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom herman telah mendekap kedua toketku. Aku cuma pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan mempermainkan toketku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-tiba ada sepercik perasaan sarir menyteriakku. Aku ingin lebih dheri itu. Aku ingin merasakan kepuasan yang lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sengaja tanganku memegang tangan Oom herman seolah-olah menolongnya untuk memuaskan dahagaku.



Dengan bibirnya Oom herman menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh bagian atasku telah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan celana dalam yang masih menutupi tubuhku.



Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir Oom herman kembali menyergap punggungku. Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membikin syarafku makin tteriaksang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap meremas kedua belah toketku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku. Hal ini membikinku makin menggelinjang kegesarin.



“Ouchh.. Oomm su.. Sudahhh Oommmh” aku merintih.



Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan ditherik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan mulus terkuak telah!! Lidah Oom herman terus menyergap buah pantatku kanan dan kiri secara tukaran. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan detik lidah Oom herman yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom herman menjilati lobang anusku. Hal ini membikin tubuhku tergetar heibat.



Selang beberapa detik, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan Oom herman mulai menherik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sengaja aku menolongnya dengan melepaskan CD-ku dheri kedua kakiku. Kini aku telah telanjang.. Gil! Oom herman pun rupanya sgilag sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dheri bunyi gesper yang dilepas.



Sekarang tubuhku yang sintal dan putih telah benar-benar telanjang total dihadapan Oom herman. Sungguh, aku gak pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini, Oom herman berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.



Tiba-tiba Oom herman menherik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Oom herman yang detik itu telah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis mulus Oom herman menempel kebibirku hingga beberapa detik.



Dadaku makin berdegup kencang ketika kurasakan bibir mulus Oom herman melumat mulutku. Lidah Oom herman menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat steriakan mendadak itu darahku seperti berdesir, sedangkan bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut rupanya kontol kemaluan Oom herman yang telah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit susantara kedua tubuh telanjang kami.



Mengetahui besarnya kontol kemaluan Oom herman aku jadi ingat detik aku masih TK waktu diajheri menyanyi guru TK-ku “Aku seorang kapiten memmempunyaii pgilag panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini Oom ku seorang kapiten memmempunyaii peler (bahasa jawa kontol kemaluan) panjang…” memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu telah Kapten! Cocok bukan?



“Akh.., ja.. Jangan oomhh..!” kataku terbata-bata.


“Su.. Sudah.. Oomhh” desahku antara sadar dan tidak.



Oom herman memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap mendekap pinggang rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi semua leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, tapi birahi birahi telah makin kuat mensayasaiku. Harus kuakui, Oom herman sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membikinku terbakar dalam kepuasan.



Apalagi detik bibir Oom herman dengan penuh birahi melumat kedua puting toketku yang telah sangat keras tukaran. Aku kembali melayang di awan detik dengan gemas Oom herman menghjilat kedua puting toketku tukaran. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di selangkangan Oom herman yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir kemaluanku yang telah sangat basah.



Gejolak sarir yang berkobar dalam diriku makin menggila. Hingga tanpa sengaja aku menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom herman untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan kontol kemaluannya.



Oom herman sendiri tampaknya juga telah sangat tteriaksang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah dan kontol kemaluannya mengedut-ngedut. Sementara aku makin tak kuat untuk membatalkan teriakan. Maka aku pun mendesah-desah untuk membatalkan kepuasan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom herman yang kekar mengangkat tubuhku dheri pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara refleks masih coba berontak.



“Sudah Oomhh! Jangan yang satu… Anna takut..” Kataku sambil meronta bangun dheri tempat tidur.


“Takut kenapa akung? Oom akung Anna, percayalah akung…” Jawab Oom herman dengan napas memburu.


“Jang.. Jangan.. Oom..” protesku sengit.



Namun seperti tidak perduli dengan protesku, Oom herman segera menherik kedua kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, tapi tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom herman yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.



Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membikin Oom herman dapat memandang semua tubuhku dengan leluasa.



“Kamu mengnafsukan dan mengnafsukan sekali akung” katanya dengan suara parau tanda bahwa ia telah sangat tteriaksang.



Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Oom herman memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Oom herman membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.



Tanpa membuang waktu, bibir Oom herman mulai melumat bibir kemaluanku yang telah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku makin salah tingkah dan tak tahu apa yang wajib kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang makin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya meraba ke atas dan langsung meremas-remas kedua toketku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati saring kemaluanku dan meremas toket yang kenyal dan putih ini.



Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam saring kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku tteriakkat detik lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku.



“Akhhh.. Oomhhh… Sud.. Sudahh Oommm..” bibirku menolak tetapi tanganku malah menherik kepala Oom herman lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sgilagkan pantatku selalu tteriakkat seolah menyambut wajah Oom herman yang tenggelam dalam selangkanganku.



Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengteriak karena kepuasan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggesarit-gesarit seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom herman menjilat dan melumat bibir kemaluanku.



Aku makin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan menggelinjang bagaikan tersengat aliran lbinik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar detik bibir Oom herman menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.