Tiga penis yang tegang sudah berada di mukaku, kulumanku pada Edo berhenti lalu berganti ke Raymon kemudian dilanjutkan ke Edward, dua penis kukocok dengan tangan dan satu dengan mulut, bergantian penis penis itu memasuki dan mengocok mulutku. Aku begitu bergairah dan semakin terbakar nafsu, sering kali sengaja kudekatkan ke mulut dan ketiganya bersentuhan satu sama lain seakan berebut memasuki rongga mulut yang hanya cukup untuk satu penis. Sebentar saja mulutku terasa pegal mengulum seperti itu terus menerus meskipun sebenarnya aku ingin lebih lama lagi bermain oral dengan mereka.
Kutinggalkan mereka yang sedang mendesah nikmat, aku telentang di atas ranjang menanti cumbuan ketiga laki laki itu secara bersamaan. Tanpa dikomando lagi, ketiga laki laki itu mengerubungi tubuhku, Raymon dan Edo di kedua putingku sedangkan Edward pada vagina.
Inilah sensasi terbaru bagiku, belum pernah aku alami sebelumnya bahkan membayangkan saja tidak berani, hanya ada di film porno yang sering aku lihat, tiga laki laki bersamaan memainkan mulutnya pada tiga titik sensitif, tiga lidah menari nari dengan bebasnya dan tiga pasang tangan menggerayang sekujur tubuhku, aku mendesah dengan kerasnya merasakan sensasi dan kenikmatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, sungguh sensasi yang jauh melebihi anganku.
Aku tak tahu harus bagaimana, akal sehatku sudah terbenam jauh tertutup naluri hewani yang meledak ledak. Bak seorang putri yang sedang dilayani para budaknya, aku benar benar terbius dan melayang tinggi dalam belaian para budak budak nafsu yang sedang melampiaskan hasrat naluri hewannya.
Mereka berganti posisi dengan melakukan rotasi, dari ketiga laki laki itu, ternyata Edo yang paling pintar mempermainkan lidahnya di vaginaku, dia tahu bagaimana dan dimana melakukan jilatan, kapan saat menyedot dan bilamana perlu sedikit gigitan lembut, apalagi dia melakukan kuluman hingga jari jari kakiku, aku benar benar terbuai dalam ayunan nafsu birahi.
"Kasih Edo kesempatan berdua dulu, biar dia bisa menikmatinya sebelum kita keroyok" seperti sudah menjadi "Kode etik", masing masing diberi kesempatan berdua dulu sebelum memulai permainan.
"Satu babak atau paling lama 10 menit" kata Raymon sebelum meninggalkan aku dan Edo berdua di ranjang, Edward mengikutinya duduk di sofa melihat kami bercinta di atas ranjang.
"Thank you" kata Edo sambil memintaku ber-69, aku di atas.
Ketika kami sedang asik saling menjilat dan mengulum, ternyata Edward dan Raymon sudah berada didepanku, menyodorkan penis mereka. Kembali tiga penis berada di depanku, dan untuk kesekian kalinya mulutku mendapat kocokan tiga penis bergantian.
"It's my time guys" kata Edo beberapa saat kemudian sambil memintaku turun dari tubuhnya.
Edo segera mengusap penisnya pada vaginaku yang sudah banjir, aku yang telantang pasrah membuka lebar kakiku dengan lutut ditekuk ke atas, dia menatapku tajam ketika mulai mendorong masuk menguak celah vagina, aku mendesis merasakan penis keenam yang mengisi vaginaku hari ini, sungguh terasa besar setelah kurasakan penis Pak Pram barusan, penuh rasanya. Dia mencium bibirku yang menengadah mendesah nikmat, dilumatnya bibirku dengan lembut saat dia mulai mengocok pelan, desah kenikmatan tertahan.
"Pake ini dulu" potong Raymon yang sudah berdiri disamping kami sambil menyodorkan kondom yang sudah dibuka.
"Aku bawa sendiri" katanya sambil meminta Edward mengambilnya dari travel bag-nya. Ternyata kondom dia berbeda, berwarna merah menyala dengan kepala anjing di ujungnya, rambut rambut halus menempel di pangkal, terlihat unik.
"Tuh aku bawa banyak kemarin dari Singapore, macam macam terserah kalian pilih aja yang kamu suka" katanya seraya menyapukan dan memasukkan kembali penisnya ke vaginaku, aku mendelik dan melotot kearahnya, terasa sekali perbedaan dengan sebelumnya, jauh lebih nikmat, dan saat penisnya masuk semua kedalam, "Kepala anjing" serasa menggelitik rahimku.
Aku menjerit keras menikmati kocokannya, dan jeritanku bertambah keras saat rambut rambut halus itu menggesek gesek klitorisku, sungguh nikmat rasanya. Lima menit sudah aku terbakar dalam nikmatnya permainan Edo, Edward dan Raymon mendekat dari sisi yang berbeda seakan hendak melihat expresi wajahku yang sedang terbakar nikmat. Melihat mereka begitu menikmati permainan kami, aku semakin bergairah menggoyangkan pantatku mengimbangi kocokannya.
Sambil mengocok sendiri penisnya, Edward memegangi kakiku tinggi diikuti Raymon hingga kakiku terbuka lebar lurus membentuk huruv "V" dengan Edo di tengah huruf itu, penis Edo semakin dalam mengisi vaginaku, desahan liar semakin terdengar liar. Ingin kugapai kedua penis mereka untuk pegangan tapi terlalu jauh tak tergapai tangan, bahkan mereka tidak mau memberikannya seakan membiarkan aku sendirian menggeliat bak cacing kepanasan terbakar birahi.
Edward dan Raymon masih membiarkan sobatnya menikmatiku sendirian saat kami berganti ke posisi dogie, penis Edo semakin dalam mengaduk aduk vaginaku. Berulang kali kuminta Raymon dan Edward mendekat tapi Raymon selalu mencegah ketika Edward hendak berdiri, dia sungguh menikmati pemandangan indah di atas ranjang. Lima belas menit telah berlalu namun tak satupun dari 2 laki laki itu mendekat, mereka justru membiarkan sobatnya makin lama menikmati kehangatan tubuhku sendirian.
"Ternyata apa yang kudengar salama ini memang bukan isapan jempol belaka" kata Edo sambil mengocokku semakin keras.
"Emang dengar apa" tanyaku disela desahan.
"Berisik" jawabnya sambil menghentakku keras.
Tubuhku nungging dengan dada menempel di ranjang, Edward mendekat ke Edo di belakang, aku tak memperhatikan apa yang mereka lakukan, tiba tiba Edo menarik keluar penisnya, sejenak vaginaku "Kosong", mungkin mereka bergantian. Namun aku segera menjerit kaget ketika sebuah penis melesak kembali dengan cepat dan rasa yang berbeda, tak mungkin punya Edward karena masih terasa penuh, aku menoleh ternyata masih Edo yang menyetubuhiku, rupanya dia minta Edward mengambil kondom jenis lain dan begitu terpasang yang baru langsung menggenjotku.
Gelitik nikmat lain kembali kurasakan, pasti jenis kondom yang berbeda, aku tak tahu bentuknya tapi tak kalah nikmat dengan sebelumnya, membuat desahanku semakin lancar mengalir. Disetubuhi Edo dengan 2 laki laki lain yang menonton menunggu giliran membawaku lebih cepat ke puncak kenikmatan, dan tak bisa dibendung lagi ketika doronan emosi yang begitu kuat meledak dari dalam, menimbulkan suatu sensasi kenikmatat yang tinggi, tubuhku menegang, otot vaginaku berdenyut hebat, sehebat dorongan roket yang melesat hingga akupun menjerit dalam nikmat orgasme yang tinggi. Sejenak Edo menghentikan gerakannya tapi aku justru menggoyangkan pantatku dan minta dia tetap mengocokku disaat dilanda orgasme.
Tubuhku mulai melemas seiring dengan hilangnya denyutan di vaginaku, lututku terasa ngilu, namun kocokan nikmat dari Edo membuatku terlupa akan rasa capek dan lemas karena orgasme. Perlahan gairah birahiku mulai naik kembali terbawa arus permainan dari Edo.
Mungkin sudah 25 menit berlalu saat Edward yang kelihatan sudah tak bisa lagi menahan nafsunya mengambil posisi di depanku. Kakinya dibuka lebar hingga kepalaku berada diantaranya, penisnya yang tegang terasa sangat keras saat kupegang. Tanpa diminta, segera kumasukkan penis itu ke mulutku, 2 kocokan sekaligus menerpaku, sensasi dan gairahku semakin bertambah, pesta sudah dimulai, sebentar Raymon pasti menyusul, entah apa yang akan dia lakukan padaku mengingat kedua lubangku sudah terisi.
Dugaanku tepat, Raymon menyusul naik ke ranjang, sejenak dia hanya mengelus elus punggung dan meremas remas buah dadaku yang berayun ayun, sambil masih meremas remas, disodorkannya penisnya, dua penis berada di depan mulut sementara satu lainnya masih dengan kerasnya menyodok nyodok dari belakang. Meskipun kocokan Edo cukup keras, aku berusaha mengatur irama permainanku sendiri pada kedua penis di mulut walaupun sesekali terpental keluar saat dari belakang menghentak.
Aku benar benar kewalahan melayani mereka bertiga sekaligus, 2 penis berebut masuk ke mulut bergantian sementara di vagina seperti tak mau kalah perhatian, agak susah juga membagi konsentrasi diantara mereka. Raymon menggeser ke samping Edo, rupanya dia minta giliran, agak lama juga dia menunggu sebelum Edo "Memberikan" vaginaku padanya, tak ada perbedaan yang berarti antara penis Edo dan Raymon, hanya gelitik geli di vagina saat penis itu melesak masuk, mungkin karena pengaruh kondom. Edo duduk disamping Edward yang masih asik menerima kulumanku, dilepasnya kondom dari penisnya dan menyapukan ke wajahku, segera aku berganti mengulum penis Edo yang basah, tercium aroma sperma meski aku tak merasakannya saat dia orgasme, mungkin hanya keluar tapi belum orgasme.
Kembali aku menerima sodokan keras dari belakang dan 2 penis di mulut, semuanya mengocokku dengan iramanya sendiri sendiri, aku kewalahan mengikuti irama permainan yang berbeda beda, tapi justru membuat permainan semakin menggairahkan. Tidak seperti Edo yang cool cenderung pendiam saat menyetubuhiku, Raymon banyak mendesah bersahutan dengan desahanku apalagi ditimpali desah Edward, terjadi simponi indah beriramakan nafsu birahi.
Sepuluh menit Raymon menyetubuhiku dari belakang, dia membalik tubuhku hingga telentang. Setelah mengganti dengan kondom yang baru, dilesakkannya penisnya dengan sekali dorong, gelitik lain kembali kurasakan, kali ini lebih geli dan nikmat, apalagi sepetinya ada bagian yang menggesek keras klitorisku dan sepertinya lebih dalam menjangkau relung relung vaginaku. Aku tak sempat melihat apa yang menggesek klitorisku karena 2 penis sudah dipukul pukulkan ke wajahku. Kubuka mulutku lebar terserah siapa dulu yang mau memasukkan penisnya. Kalau sebelumnya aku yang mengatur penis yang memasuki mulutku, kali ini kubiarkan mereka mengatur sendiri.
Rupanya Edo yang lebih berpengalaman segera mengambil inisiatif, dia naik ke atas kepalaku setelah mengganjal dengan bantal, dimasukkannya penis gedenya memenuhi mulut dan mengocoknya. Kini aku benar benar mendapat dua kocokan atas bawah tanpa bisa berbuat apa apa karena tubuhku tergencet mereka. Kocokan di mulut tak kalah liarnya dengan di vagina, hampir aku tak bisa bernapas, meskipun begitu aku masih teringat untuk meremas dan mengocok penis Edward yang masih dalam genggamanku.
"Aku mau keluar" teriak Edward, mungkin sensasinya terlalu tinggi hingga dia tak bisa menahan lebih lama lagi melihat aku disetubuhi 2 laki laki sekaligus dengan 1 cadangan menunggu giliran.
"Di mulut aja" jawab Raymon tak mau memberikan giliran kenikmatan padanya.
Bersambung . . . . .
Kutinggalkan mereka yang sedang mendesah nikmat, aku telentang di atas ranjang menanti cumbuan ketiga laki laki itu secara bersamaan. Tanpa dikomando lagi, ketiga laki laki itu mengerubungi tubuhku, Raymon dan Edo di kedua putingku sedangkan Edward pada vagina.
Inilah sensasi terbaru bagiku, belum pernah aku alami sebelumnya bahkan membayangkan saja tidak berani, hanya ada di film porno yang sering aku lihat, tiga laki laki bersamaan memainkan mulutnya pada tiga titik sensitif, tiga lidah menari nari dengan bebasnya dan tiga pasang tangan menggerayang sekujur tubuhku, aku mendesah dengan kerasnya merasakan sensasi dan kenikmatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, sungguh sensasi yang jauh melebihi anganku.
Aku tak tahu harus bagaimana, akal sehatku sudah terbenam jauh tertutup naluri hewani yang meledak ledak. Bak seorang putri yang sedang dilayani para budaknya, aku benar benar terbius dan melayang tinggi dalam belaian para budak budak nafsu yang sedang melampiaskan hasrat naluri hewannya.
Mereka berganti posisi dengan melakukan rotasi, dari ketiga laki laki itu, ternyata Edo yang paling pintar mempermainkan lidahnya di vaginaku, dia tahu bagaimana dan dimana melakukan jilatan, kapan saat menyedot dan bilamana perlu sedikit gigitan lembut, apalagi dia melakukan kuluman hingga jari jari kakiku, aku benar benar terbuai dalam ayunan nafsu birahi.
"Kasih Edo kesempatan berdua dulu, biar dia bisa menikmatinya sebelum kita keroyok" seperti sudah menjadi "Kode etik", masing masing diberi kesempatan berdua dulu sebelum memulai permainan.
"Satu babak atau paling lama 10 menit" kata Raymon sebelum meninggalkan aku dan Edo berdua di ranjang, Edward mengikutinya duduk di sofa melihat kami bercinta di atas ranjang.
"Thank you" kata Edo sambil memintaku ber-69, aku di atas.
Ketika kami sedang asik saling menjilat dan mengulum, ternyata Edward dan Raymon sudah berada didepanku, menyodorkan penis mereka. Kembali tiga penis berada di depanku, dan untuk kesekian kalinya mulutku mendapat kocokan tiga penis bergantian.
"It's my time guys" kata Edo beberapa saat kemudian sambil memintaku turun dari tubuhnya.
Edo segera mengusap penisnya pada vaginaku yang sudah banjir, aku yang telantang pasrah membuka lebar kakiku dengan lutut ditekuk ke atas, dia menatapku tajam ketika mulai mendorong masuk menguak celah vagina, aku mendesis merasakan penis keenam yang mengisi vaginaku hari ini, sungguh terasa besar setelah kurasakan penis Pak Pram barusan, penuh rasanya. Dia mencium bibirku yang menengadah mendesah nikmat, dilumatnya bibirku dengan lembut saat dia mulai mengocok pelan, desah kenikmatan tertahan.
"Pake ini dulu" potong Raymon yang sudah berdiri disamping kami sambil menyodorkan kondom yang sudah dibuka.
"Aku bawa sendiri" katanya sambil meminta Edward mengambilnya dari travel bag-nya. Ternyata kondom dia berbeda, berwarna merah menyala dengan kepala anjing di ujungnya, rambut rambut halus menempel di pangkal, terlihat unik.
"Tuh aku bawa banyak kemarin dari Singapore, macam macam terserah kalian pilih aja yang kamu suka" katanya seraya menyapukan dan memasukkan kembali penisnya ke vaginaku, aku mendelik dan melotot kearahnya, terasa sekali perbedaan dengan sebelumnya, jauh lebih nikmat, dan saat penisnya masuk semua kedalam, "Kepala anjing" serasa menggelitik rahimku.
Aku menjerit keras menikmati kocokannya, dan jeritanku bertambah keras saat rambut rambut halus itu menggesek gesek klitorisku, sungguh nikmat rasanya. Lima menit sudah aku terbakar dalam nikmatnya permainan Edo, Edward dan Raymon mendekat dari sisi yang berbeda seakan hendak melihat expresi wajahku yang sedang terbakar nikmat. Melihat mereka begitu menikmati permainan kami, aku semakin bergairah menggoyangkan pantatku mengimbangi kocokannya.
Sambil mengocok sendiri penisnya, Edward memegangi kakiku tinggi diikuti Raymon hingga kakiku terbuka lebar lurus membentuk huruv "V" dengan Edo di tengah huruf itu, penis Edo semakin dalam mengisi vaginaku, desahan liar semakin terdengar liar. Ingin kugapai kedua penis mereka untuk pegangan tapi terlalu jauh tak tergapai tangan, bahkan mereka tidak mau memberikannya seakan membiarkan aku sendirian menggeliat bak cacing kepanasan terbakar birahi.
Edward dan Raymon masih membiarkan sobatnya menikmatiku sendirian saat kami berganti ke posisi dogie, penis Edo semakin dalam mengaduk aduk vaginaku. Berulang kali kuminta Raymon dan Edward mendekat tapi Raymon selalu mencegah ketika Edward hendak berdiri, dia sungguh menikmati pemandangan indah di atas ranjang. Lima belas menit telah berlalu namun tak satupun dari 2 laki laki itu mendekat, mereka justru membiarkan sobatnya makin lama menikmati kehangatan tubuhku sendirian.
"Ternyata apa yang kudengar salama ini memang bukan isapan jempol belaka" kata Edo sambil mengocokku semakin keras.
"Emang dengar apa" tanyaku disela desahan.
"Berisik" jawabnya sambil menghentakku keras.
Tubuhku nungging dengan dada menempel di ranjang, Edward mendekat ke Edo di belakang, aku tak memperhatikan apa yang mereka lakukan, tiba tiba Edo menarik keluar penisnya, sejenak vaginaku "Kosong", mungkin mereka bergantian. Namun aku segera menjerit kaget ketika sebuah penis melesak kembali dengan cepat dan rasa yang berbeda, tak mungkin punya Edward karena masih terasa penuh, aku menoleh ternyata masih Edo yang menyetubuhiku, rupanya dia minta Edward mengambil kondom jenis lain dan begitu terpasang yang baru langsung menggenjotku.
Gelitik nikmat lain kembali kurasakan, pasti jenis kondom yang berbeda, aku tak tahu bentuknya tapi tak kalah nikmat dengan sebelumnya, membuat desahanku semakin lancar mengalir. Disetubuhi Edo dengan 2 laki laki lain yang menonton menunggu giliran membawaku lebih cepat ke puncak kenikmatan, dan tak bisa dibendung lagi ketika doronan emosi yang begitu kuat meledak dari dalam, menimbulkan suatu sensasi kenikmatat yang tinggi, tubuhku menegang, otot vaginaku berdenyut hebat, sehebat dorongan roket yang melesat hingga akupun menjerit dalam nikmat orgasme yang tinggi. Sejenak Edo menghentikan gerakannya tapi aku justru menggoyangkan pantatku dan minta dia tetap mengocokku disaat dilanda orgasme.
Tubuhku mulai melemas seiring dengan hilangnya denyutan di vaginaku, lututku terasa ngilu, namun kocokan nikmat dari Edo membuatku terlupa akan rasa capek dan lemas karena orgasme. Perlahan gairah birahiku mulai naik kembali terbawa arus permainan dari Edo.
Mungkin sudah 25 menit berlalu saat Edward yang kelihatan sudah tak bisa lagi menahan nafsunya mengambil posisi di depanku. Kakinya dibuka lebar hingga kepalaku berada diantaranya, penisnya yang tegang terasa sangat keras saat kupegang. Tanpa diminta, segera kumasukkan penis itu ke mulutku, 2 kocokan sekaligus menerpaku, sensasi dan gairahku semakin bertambah, pesta sudah dimulai, sebentar Raymon pasti menyusul, entah apa yang akan dia lakukan padaku mengingat kedua lubangku sudah terisi.
Dugaanku tepat, Raymon menyusul naik ke ranjang, sejenak dia hanya mengelus elus punggung dan meremas remas buah dadaku yang berayun ayun, sambil masih meremas remas, disodorkannya penisnya, dua penis berada di depan mulut sementara satu lainnya masih dengan kerasnya menyodok nyodok dari belakang. Meskipun kocokan Edo cukup keras, aku berusaha mengatur irama permainanku sendiri pada kedua penis di mulut walaupun sesekali terpental keluar saat dari belakang menghentak.
Aku benar benar kewalahan melayani mereka bertiga sekaligus, 2 penis berebut masuk ke mulut bergantian sementara di vagina seperti tak mau kalah perhatian, agak susah juga membagi konsentrasi diantara mereka. Raymon menggeser ke samping Edo, rupanya dia minta giliran, agak lama juga dia menunggu sebelum Edo "Memberikan" vaginaku padanya, tak ada perbedaan yang berarti antara penis Edo dan Raymon, hanya gelitik geli di vagina saat penis itu melesak masuk, mungkin karena pengaruh kondom. Edo duduk disamping Edward yang masih asik menerima kulumanku, dilepasnya kondom dari penisnya dan menyapukan ke wajahku, segera aku berganti mengulum penis Edo yang basah, tercium aroma sperma meski aku tak merasakannya saat dia orgasme, mungkin hanya keluar tapi belum orgasme.
Kembali aku menerima sodokan keras dari belakang dan 2 penis di mulut, semuanya mengocokku dengan iramanya sendiri sendiri, aku kewalahan mengikuti irama permainan yang berbeda beda, tapi justru membuat permainan semakin menggairahkan. Tidak seperti Edo yang cool cenderung pendiam saat menyetubuhiku, Raymon banyak mendesah bersahutan dengan desahanku apalagi ditimpali desah Edward, terjadi simponi indah beriramakan nafsu birahi.
Sepuluh menit Raymon menyetubuhiku dari belakang, dia membalik tubuhku hingga telentang. Setelah mengganti dengan kondom yang baru, dilesakkannya penisnya dengan sekali dorong, gelitik lain kembali kurasakan, kali ini lebih geli dan nikmat, apalagi sepetinya ada bagian yang menggesek keras klitorisku dan sepertinya lebih dalam menjangkau relung relung vaginaku. Aku tak sempat melihat apa yang menggesek klitorisku karena 2 penis sudah dipukul pukulkan ke wajahku. Kubuka mulutku lebar terserah siapa dulu yang mau memasukkan penisnya. Kalau sebelumnya aku yang mengatur penis yang memasuki mulutku, kali ini kubiarkan mereka mengatur sendiri.
Rupanya Edo yang lebih berpengalaman segera mengambil inisiatif, dia naik ke atas kepalaku setelah mengganjal dengan bantal, dimasukkannya penis gedenya memenuhi mulut dan mengocoknya. Kini aku benar benar mendapat dua kocokan atas bawah tanpa bisa berbuat apa apa karena tubuhku tergencet mereka. Kocokan di mulut tak kalah liarnya dengan di vagina, hampir aku tak bisa bernapas, meskipun begitu aku masih teringat untuk meremas dan mengocok penis Edward yang masih dalam genggamanku.
"Aku mau keluar" teriak Edward, mungkin sensasinya terlalu tinggi hingga dia tak bisa menahan lebih lama lagi melihat aku disetubuhi 2 laki laki sekaligus dengan 1 cadangan menunggu giliran.
"Di mulut aja" jawab Raymon tak mau memberikan giliran kenikmatan padanya.
Bersambung . . . . .