Thursday, April 12, 2012

cerita ngentot dengan mamuku- 2

Beberapa detik kemususan, tanganku kupindahkan ke memeknya dan itil ibu kugosok-gosok dengan jheriku. Hal ini membikin kocokan tangan ibu di kontol kemaluanku makin cepat, membikin nafasku makin tidak teratur dan nafas ibu kembali terengah-engah. Setelah beberapa menit saling mencium dan nafas kami berdua telah tidak beraturan lagi, secara perlahan ibu menghentikan kocokan di kontolku, dan menghentikan ciumannya serta terus berbisik di dekat telingaku.
“Iwaan, ibuii sudaaah… nggak.. tahaaan Waan.. toloong.. mempunyainya Waan.. dimemasukan.. ke ibui.., Waaan. Ayoo.., Waan..!”

Mendengar kata-kata ibu ini, birahiku makin menjadi-jadi, tapi perasaanku juga makin bingung, karena sempat terpikir ibu kan bininya Papaku dan ibu walau bukan Mama kandungku, tapi sekarang kan telah menjadi Mamaku. Aku berusaha melawan kebingungan ini, dan tersentak dheri lamunanku ketika mendengar ibu kembali agak berbisik dengan suara yang sedikit menghiba.
“Iwaan.. ayoo.. Sayaaang.. tolongiin.. ibui.. Waaan..!”
Dan seperti tanpa berpikir, aku menjawab sekenaku, “Maam.. boo..leeh.. Maam..?” tanyaku, dan kulanjutkan pertanyaanku karena masih ragu, “Nggak..apa-paa. Maam..?”
“Ii.. yaa.. Sayaang.., boleeh.. boleh.., Waan.” jawab ibu sambil mencium bibirku.

“Siniii.. Sayaang..!” kata ibu sambil menherik badanku.
“Coba posisikan badanmu di atas ibu,” lanjutnya.
Aku segera bangun dan kunaiki badan ibu slow-slow. Dan setelah aku berada di atas badan ibu, kurasakan ibu membuka kedua kakinya lebar-lebar.
“Sinii.. Waaan, ibu bantu..,” kata ibu sambil memegang kontol kemaluanku dan dibimbingnya ke arah memek ibu.
Aku cuma menurut saja apa yang dikatakan ibu, maklum aku masih terlalu buta, dan ini akan menjadi pengalaman pertamaku.

“Sudaah, Waan, sekarang tekan pantatmu slow-slow..!” perintah ibu dan kuikuti permintaan itu dengan menekan pantatku slow-slow.
Tapi baru saja sedikit aku menekan pantatku, kontolku terasa seperti tertahan di memek ibu, dan mendadak tangan ibu membatalkan gerakan turun pantatku dan berbisik sambil sedikit meringis.
“Aduuh.. Waaan, tahaan duluuu.. saa.. kiit… Waan.”
Kuhentikan tekanan pantatku dan kuangkat sedikit ketika mendengar keluhan ibu.

“Iwaaan.. slow-slow yaa Sayaang. Sudah lama ibu nggak begini.. dengan Papamu, apalagi… mempunyaimu… itu besaar sekali, lebih besar dheri mempunyai Papamu..,” kata ibu lemah tapi membikinku menjadi sangat bangga karena mempunyaiku dikatakan ibu masih lebih besar dheri mempunyai Papa.
“Sekarang.. bagaimana Maaam..?” tanyaku tidak sabar ingin segera memasukkan kontolku ke dalam saring senggama ibu.
“Waan..,” kata ibu lagi, “Coba naik turunkan pantatmu slow-slow, dan nanti kalau pantatmu ibu tahan, berarti kamu wajib therik pantatmu ke atas, dan waktu pantatmu nggak ibu tahan, kamu boleh tekan lagi. Beberapa kali.. sampai nanti kamu bisa rasakan sendiri kalau mempunyaimu telah masuk ke dalam mempunyai ibu, bisaa.. kan Waan..?” kata ibu sambil mencium bibirku.
“I.. yaaa Maam, Iwan coba sekarang.. yaa.” jawabku.

Lalu kuikuti pelajaran yang diberikan ibu. Tapi ketika pantatku kutekan, sering saya lihat wajah ibu sedikit meringis seperti membatalkan rasa sakit. Setelah seringkali kunaik-turunkan pantatku slow-slow, suatu detik pantatku malah ditekan agak keras oleh kedua tangan ibu dan terasa kontol kemaluanku seperti terjeblos ke dalam lubang.
“Bleess..” dan kudengar ibu agak berteriak, “Aaacchh.., Iwaan..,” sambil seperti membatalkan nafasnya.
Karena kaget dengan teriakan ibu, kutahan gerakanku dan kudiamkan sebentar sambil menunggu reaksi lebih lanjut dheri ibu yang detik ini sgilag memejamkan matanya.

Tapi baru saja aku mau berpikir apa yang akan ibu lakukan atau katakan, terasa kontol kemaluanku seperti tersedot-sedot dan dipijat-pijat. Sedotan dan pijatan di kontolku ini terasa sangat kuat sekali, dan terasa sangat enak. Karena rasa sedotan dan pijatan di kontol kemaluanku terasa begitu nikmat, secara tidak sadar aku kembali menekan kontolku masuk.
“Bleess..!” dan kembali kudengar ibu sedikit berteriak, “Waan.., aarrchh.. saakiiit,” sambil kedua tangan ibu sedikit mendorong pantatku.
Terpaksa kuhentikan tekanan kontolku, tapi kurasa kontolku telah masuk semuanya ke dalam saring senggama ibu sambil menunggu reaksi ibu.

Tidak lama kemususan, tangan ibu menekan pantatku dan kurasakan kembali sedotan-sedotan dan pijatan-pijatan yang sangat kuat di kontol kemaluanku. Karena rasa enak ini, secara tidak sadar aku mulai menaik-turunkan pantatku slow-slow sehingga kontolku naik turun di dalam lubang memek ibu, dan ibu pun mulai menggerakkan pantatnya naik turun mengikuti irama pergerakan kontolku yang naik turun. ibu mulai mengeluarkan rintihan-rintihan.

“Waaan… teeruuss… Sayaaang.. aachhh.. enaaak.. Waan.. aduuuh.. enaak… Waan.”
Kurasakan kontol kemaluanku begitu hangat di dalam memek ibu yang sangat basah, sehingga setiap kali tedengar bunyi, “Ccrreeet.. creett..”
Hal ini membikinku makin mempercepat gerakan kontolku naik turun.
Tidak sadar terucap, “Maaam… Iwaaan.. jugaa.. enaaak.. Maaam, ayoo Maam..!” sambil kedua tanganku mencengkeram kepala dan rambut ibu.

Beberapa menit kemususan, kurasakan gerakan badan dan pantat ibu makin sarir dan makin cepat, serta kedua tangannya mencengkeram kuat di punggungku. Tiba-tiba kedua kaki ibu dilingkarkan kuat-kuat di atas pantatku dan mendekap badanku kuat-kuat sambil berteriak cukup kuat.
“Waaan, ibuii… nggaak.. kuaaat.. mauu.. keluaar.. aacrrhhh.. aacrhhh..” dan terus terdiam dengan matanya tertutup dan nafasnya memburu terengah-engah.
Melihat ibu terdiam dengan nafasnya yang terengah-engah itu, aku merasa kasihan dan segera kuhentikan gerakan kontolku naik-turun, tapi dengan posisi kontol kemaluanku masih terbenam semua di dalam saring senggama ibu.

Setelah nafas ibu mulai agak teratur. ibu membuka matanya dan segera mencium bibirku sambil berkata lirih.., “Iwaan, terima kasiih yaaa.. Sayaang.., Iwaan pintaar.. dan.. bisa muasin ibu.”
Kembali bibirku diciumnya, dan segera kujawab.., “Maaam.., Iwan nggak tahu.. Maam, tapi Iwan akuang.. ibu dan Iwan… mauuu ibu bahagia.”

Setelah kami diam sejenak dengan posisi masih seperti tadi, lalu kuberanikan bertanya ke ibu.
“Maam, jadi sekarang telah selesai..? Kalau begitu.. Iwan.. cabut.. ya.. Maaam..?”
“Jaangaan.. Waaan,” jawab ibu sambil mengencangkan pelukannya, “Sebentar lagi kita lanjutkan seperti tadi… sampai Iwan… mencapai klimaks,” sambung ibu.
“Klimaks bagaimana Maam..?” tanyaku tidak mengerti.
“Aduuh.. Iwaaan,” jawab ibu sambil memencet hidungku, “Nanti Iwan pasti tahu sendiri deh. Nanti Iwan terasa seperti mau kencing, lalu Iwan coba tahan selama mungkin, lalu lepaskan kalau telah tidak kuat, dan dheri mempunyaimu akan keluar air mani yang menyemprot,” lanjut ibu.
Aku cuma menjawab singkat, “Iyaaa.. Maaam, Iwan.. mengerti.”

Setelah kami diam sedetik, ibu lalu berkata, “Waaan, toloong cabut mempunyaimu duluu Waan, ibu mau mengelap mempunyai ibu agar agak kering, biar kita sama-sama enak nantinya.
“Bener juga kata ibu,” kataku dalam hati, “Tadi memek ibu terasa sangat basah sekali.”
Lalu slow-slow kontol kemaluanku kucabut keluar dheri memek ibu, dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, “Maam, biar Iwan saja yang ngelap.. boleeeh Maam..?”
“Terserah kamuuu.. deh Waaan,” jawab ibu pendek sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.
Aku mteriakkak mendekati memek ibu, dan setelah dekat dengan kemaluan ibu, lalu kukatakan, “Iwan bersihkan sekarang yaaa.. Maaam..?”
Kudengar ibu cuma menjawab pendek, “Yaaa, boleeh Sayaang.”

Lalu kupegang dan kubuka bibir kemaluan ibu, dan kutundukkan kepalaku ke memeknya. Lalu kusedot-sedot itil ibu agak kuat dan pantat ibu tergelinjang keras, mungkin karena kaget.
“Iwaan.., kamu nakaaal.. yaaa.”
Hjilatan dan jilatan kembali kulakukan di semua bagian kemaluan ibu, dan membikin ibu menggerak-gerakkan terus pantatnya. Kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa detik kemususan, terasa kepalaku seperti ditherik ibu.
“Iwaan.., sudaaah.. Sayaang…, ibu nggak tahaaan. Sini.. yaang..!”

Lalu kuikuti therikan tangan ibu. Tanpa disuruh, aku langsung naik di atas badan ibu dan setelah itu kudengar ibu seperti berbisik di telngaku.
“Iwaan, masukiiin.. mempunyaimu.. Sayang. ibu telah nggak tahaaan.. Yaang..!”
Tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki ibu dan kutaruh di atas bahuku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang saya lihat di film tadi. Sambil kupegang kontol kemaluanku, kuarahkan ke memek ibu yang bibirnya terkuak lebar. Lalu kutusukkan slow-slow, sgilagkan ibu dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.

Karena memek ibu masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuhjilat-hjilat, membikin kemaluan ibu makin basah, sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lubang kemaluan ibu.
Untuk mengiyakan apakah kontolku telah masuk memek ibu apa belum, sambil tetap kutusukkan kontolku, aku bertanya, “Maaam, sudaah.. maasuuk..?”
Kudengar ibu menjawab, “Iii.. yaaaa… Saayaang, teeruuskan.. yang dalaam..!”
Karena kurasa telah benar dan ibu memintaku untuk lebih dalam, lalu kehentakkan kontol kemaluanku agak kuat masuk ke dalam memek ibu.

Mulai kuayunkan kontolku keluar masuk saring senggama ibu dengan cepat, sehingga badan ibu berputar semua sesuai dengan ayunanku, serta kedua toket ibu juga berputar-goyang keras, sgilagkan dheri mulut ibu kudengar desahan.
“Sshh.. shh.. Waan.. teruuss.. Yaang.. shh.. aduuh.. enaak Waaan, teruus.. yang dalaaam… Yaang..!”
Karena tidak tahan mendengar ocehan-ocehan ibu, sehingga hal itu membikin birahiku makin meningkat.

Sambil mempercepat ayunan kontolku keluar masuk memek ibu, secara tidak sadar keluar dheri mulutku, “Maaam, sshhh… Maaam, Iwaaan.. juuga.. sschh.. enaak…”
Karena rasa enak yang tidak dapat kuungkapkan disini, makin kupercepat gerakan kontol kemaluanku keluar masuk saring senggama ibu. Apalagi sesekali terasa kontolku seperti tersedot-sedot atau terhjilat oleh kemaluan ibu.
Lalu secara refleks tercetus dheri mulutku, “Maaam.., sepertinya Iwaan.. telah keingin.. seperti yang.. ibuiii.. bilang tadiii.. dicabuut.. yaa.. Maaam..?”
Sgilagkan ibu, mungkin setelah mendengar kata-kataku barusan, lalu juga mempercepat semua gerakan badannya, dan juga melepas kedua kakinya dheri bahuku serta mendekapku kuat-kuat sambil berkata tersendat-sendat.

“Iwaan, jangaan.. Yaang.., jangan..! Biakan.., ibuii.. jugaa. telah mau keluaar Yaang..! Ayooo.. kitaaa.. samaa.. samaa Yaang..!”
Aku telah kehilangan kesadaran karena keenakan dan apalagi mendengar kata-kata ibu yang cukup mteriaksang ini.
Lalu, “Maam..!” teriakku agak panjang sambil kepala dan rambut ibu kuremas dan kujambak kuat-kuat.
Bersamaan dengan teriakanku, ibu pun tiba-tiba berteriak cukup keras sambil kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat ke pantatku dan rambutku di remas-remasnya.

Aku dengan nafas terengah-engah, tertelungkup lemas di atas badan ibu. Dan ibu pun saya lihat lemah lunglai dengan nafas terengah-engah sambil menutup kedua matanya, berusaha menenangkan diri dengan mengatur nafasnya. Setelah nafasku agak teratur, kucium bibir ibu lalu kubisikkan di telinga ibu.
“Maam.., terimaaa kasih Maam, Iwaan.. akuang ibui,” kataku sambil kembali kucium bibir ibu, sgilagkan ibu tetap masih memejamkan matanya dan nafasnya telah kembali teratur.
Ia menjawab, “Iwaan.., ibu puaas Sayang. Terima kasiih Waan,” katanya sambil memiringkan badannya sehingga posisi kami sekarang menjadi tiduran saling berhadapan dan kontolku yang terasa masih tegang itu masih tetap berada dalam saring senggama ibu.

Beberapa detik kemususan sambil saling memandang dan berpelukan, kutanyakan pada ibu, “Maam.., mempunyai Iwan boleh Iwan cabut..?”
ibu sambil memencet hidungku menjawab, “Jangan dulu Sayang. Biherin dulu di dalam mempunyai ibu. ibu masih keingin merasakan mempunyaimu yang besar itu.”
“Coba deh Waan. Coba Iwan kocok keluar masuk mempunyai Iwan, biar ibu bisa merasakan enaknya mempunyaimu,” katanya lagi sambil salah satu kaki ibu susangkatnya dan diletakkan di atas pinggulku.

Tanpa menunggu kata-kata ibu lainnya, lalu kumulai memaju-mundurkan slow-slow kontol kontolku ke dalam memek ibu. ibu saya lihat memejamkan matanya seperti sgilag menikmati gesekan-gesekan kontolku yang keluar masuk lubang kemaluannya. Tapi setelah beberapa detik, kurasakan dalam posisi miring ini sepertinya masuknya kemaluanku ke dalam memek ibu terasa kurang dalam. Lalu, secara perlahan kudorong bahu ibu sehingga telentang. Dan bersamaan dengan doronganku, kunaiki tubuh ibu, sehingga kontol kemaluanku yang ada di dalam memek ibu tidak sampai terlepas. ibu sepertinya mengerti kemauanku, dan sepertinya malah menolongku dengan mendekap badanku rapat-rapat serta membuka kakinya lebar-lebar.

Lalu kuayun kontolku perlahan-lahan keluar masuk kemaluan ibu. Karena ibu masih diam saja, dan tetap masih menutup kedua matanya, lalu kutanyakan sambil berbisik di dekat telinganya.
“Maaam.., bagaimana Maam, enaaaak apa nggak mempunyai Iwaan..?
Kulihat ibu membuka matanya, lalu mencium bibirku serta terus berbisik.
“Wan.., teruuskan… Saayaang, ibu menikmatinya Wan,
Setelah ibu selesai menjawab pertanyaanku, kurasakan ibu mulai mengerakkan dan memutar pantatnya perlahan-lahan.

Karena ibu mulai menggerakkan pantat atau pinggulnya lagi, kuputuskan untuk menghentikan gerakan kemaluanku keluar-masuk dengan posisi kontolku telah masuk semua ke dalam saring senggama ibu. Ingin merasakan enaknya gerakan ibu, tapi mungkin karena merasakan, aku sekarang diam, ibu ikut hentikan juga dan membuka matanya lalu memandangku sayu seperti bertanya.
“Kenapa diam.. Wan..?”
Agar ibu tidak bertanya lebih lanjut, lalu kukatakan di telinga ibu, “Maam.., Iwan diam karena keingin merasakan sedotan dan pijatan seperti tadi Maam.”
ibu cuma tersenyum dan dipegangnya kepalaku, lalu diciumnya pipiku sambil berbisik, “Waan.., kamu mulai nakal.. yaa..? Niih.. ibu.. kasih.. apa yang Iwaan minta..!” lanjut ibu sambil mendekap badanku.

Tidak lama kemususan, terasa kontol kemaluanku seperti disedot-sedot dan dipijat-pijat, mulai dheri lemah, makin kuat dan kuat, sehingga secara tidak sadar aku berbisik agak keras.
“Maam.., enaak.. enaak.. Maam… Aduh enaak.. aahh.. enaak.. Maam,”
Karena sedotan dan pijatan di kontol kemaluanku terasa makin kuat, secara tidak sadar kumulai lagi mengocok kontolku keluar masuk memek ibu. Mula-mula slow, lalu kupercepat.
Karena enaknya, aku langsung bilang, “Maam.., enaak Maam.. Iwaan… mau lagi Maam. Ayoo Maam..!”
Mungkin karena melihatku mulai berbirahi lagi, ibu langsung mulai menggerakkan pinggulnya lagi yang makin lama makin cepat.

Selang beberapa lama, aku merasakan kalau air maniku telah mau keluar, tapi kucoba membatalkannya selama mungkin.
Tiba-tiba, “ibu.., Maaam.., Iwaan sudaah mau keluar..”
Mendengar bisikanku ini, kurasakan gerakan pinggul ibu makin cepat dan pelukan tangannya di badanku juga makin keras.
“Waan.., ibu juga telah dekat Waan… Ayoo Waan.. sama-sama..!”
Belum sampai ibu menyelesaikan kata-katanya, aku berteriak agak keras, “ibui.. Iwaan keluar.. ahh..,” sambil kubenamkan semua kontol kemaluanku kuat-kuat ke dalam memek ibu.
Bersamaan dengan teriakanku itu, kudengar ibu pun berteriak cukup kuat, “Iwaan.., Maamii keluaar.. jugaa.. Ayo Wan, cepaat.. archh..!”
Dengan nafas tersengal-sengal, kutelungkupkan badanku yang lemas itu di atas badan ibu, dan ibu juga dengan nafasnya yang terengah-engah, tergeletak seperti tidak bertenaga dengan kedua tangannya terkapar di samping badannya.

Setelah nafasku sedikit teratur, kucabut kontol kemaluanku dheri dalam saring senggama ibu. Kujatuhkan badanku tiduran di samping ibu, dan terdengar ibu berbisik, “Terima.. kasiih.. yaaa.. Sayang..!”
Dan setelah hentikan sejenak, sambil mencium pipiku, ibu berkata lagi, “Waan.., ini cuma kita berdua ya yang tahu, Papamu atau adikmu jangan sampai tahu ya Wan.”
Supaya hati ibu tenang, lalu kujawab, “Maam, Iwan akan jaga itu.., terima kasiih ya Maam,” sambil kucium pipi ibu.
Aku terus bangun dan mandi bersama ibu di kamar mandi ibu.


TAMAT